Halaman

    Social Items



Keripik pisang mempunyai nilai gizi cukup tinggi, terutama nilai energi. Dari 100 g keripik pisang diperoleh energi sebesar 519 kkal. Nilai energi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daging ternak, yang berkisar 120-430 kkal per 100 g.

Nilai energi keripik pisang lebih tinggi daripada beras, yang hanya 364 kkal. Nilai energi yang tinggi tersebut berasal dari kadar karbohidrat dan minyak yang terserap selama proses penggorengan keripik. Itulah sebabnya, keripik pisang cocok digunakan sebagai makanan pensuplai energi, khususnya ketika sedang sibuk beraktivitas.

Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah tersedia dalam waktu singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat pisang merupakan, karbohidrat kompleks tingkat sedang, sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu lama. Karbohidrat pisang merupakan cadangan energi yang sangat baik dan dapat tersedia secara cepat bagi tubuh.

Keripik pisang juga mengandung pati resisten. Menurut The George Mateljan Foundation, buah pisang belum matang yang biasanya digunakan untuk membuat keripik, mempunyai nilai indeks glikemik rendah. Hal itu disebabkan gula pisang merupakan gula buah, yaitu terdiri dari fruktosa yang mempunyai indeks glikemik lebih rendah daripada glukosa. Pisang lebih lambat dimetabolisme, sehingga cukup baik sebagai penyimpan energi. Karena itu, keripik pisang baik untuk penderita diabetes.

Keripik pisang dikonsumsi sebagai camilan ketika santai menonton televisi atau berkumpul di tengah-tengah keluarga. Namun, dengan nilai energi yang demikian tinggi, keripik pisang berpotensi menyebabkan obesitas. Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan antara energi yang dikonsumsi dengan yang dikeluarkan.

Menurut Gayo (1994), menonton televisi sambil tiduran hanya memerlukan energi 0,1 kkal/kg berat badan/jam, sedangkan dalam posisi duduk diam 0,4 kkal/kg berat badan/ jam. Artinya, jika seseorang dengan berat badan 60 kg menonton televisi selama 1 jam sembari mengonsumsi 100 gram keripik pisang, ia kelebihan energi 495-513 kkal yang akan diubah menjadi lemak di dalam tubuh.

Selain itu, kandungan, lemak keripik pisang sangat tinggi, mencapai 33,6 g per 100 g. Lemak tersebut sebagian besar terdiri darii asam lemak jenuh.

Kandungan asam lemak jenuh akan jauh lebih tinggi bila menggorengnya meggunakan minyak jelantah. Untuk menetralkan bahaya asam lemak jenuh ini, sebaiknya konsumsi keripik pisang diimbangi dengan makanan yang kaya antioksidan seperti buah dan sayur.

Baik Bagi Penderita Diabetes



Keripik pisang mempunyai nilai gizi cukup tinggi, terutama nilai energi. Dari 100 g keripik pisang diperoleh energi sebesar 519 kkal. Nilai energi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daging ternak, yang berkisar 120-430 kkal per 100 g.

Nilai energi keripik pisang lebih tinggi daripada beras, yang hanya 364 kkal. Nilai energi yang tinggi tersebut berasal dari kadar karbohidrat dan minyak yang terserap selama proses penggorengan keripik. Itulah sebabnya, keripik pisang cocok digunakan sebagai makanan pensuplai energi, khususnya ketika sedang sibuk beraktivitas.

Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah tersedia dalam waktu singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat pisang merupakan, karbohidrat kompleks tingkat sedang, sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu lama. Karbohidrat pisang merupakan cadangan energi yang sangat baik dan dapat tersedia secara cepat bagi tubuh.

Keripik pisang juga mengandung pati resisten. Menurut The George Mateljan Foundation, buah pisang belum matang yang biasanya digunakan untuk membuat keripik, mempunyai nilai indeks glikemik rendah. Hal itu disebabkan gula pisang merupakan gula buah, yaitu terdiri dari fruktosa yang mempunyai indeks glikemik lebih rendah daripada glukosa. Pisang lebih lambat dimetabolisme, sehingga cukup baik sebagai penyimpan energi. Karena itu, keripik pisang baik untuk penderita diabetes.

Keripik pisang dikonsumsi sebagai camilan ketika santai menonton televisi atau berkumpul di tengah-tengah keluarga. Namun, dengan nilai energi yang demikian tinggi, keripik pisang berpotensi menyebabkan obesitas. Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan antara energi yang dikonsumsi dengan yang dikeluarkan.

Menurut Gayo (1994), menonton televisi sambil tiduran hanya memerlukan energi 0,1 kkal/kg berat badan/jam, sedangkan dalam posisi duduk diam 0,4 kkal/kg berat badan/ jam. Artinya, jika seseorang dengan berat badan 60 kg menonton televisi selama 1 jam sembari mengonsumsi 100 gram keripik pisang, ia kelebihan energi 495-513 kkal yang akan diubah menjadi lemak di dalam tubuh.

Selain itu, kandungan, lemak keripik pisang sangat tinggi, mencapai 33,6 g per 100 g. Lemak tersebut sebagian besar terdiri darii asam lemak jenuh.

Kandungan asam lemak jenuh akan jauh lebih tinggi bila menggorengnya meggunakan minyak jelantah. Untuk menetralkan bahaya asam lemak jenuh ini, sebaiknya konsumsi keripik pisang diimbangi dengan makanan yang kaya antioksidan seperti buah dan sayur.

Tidak ada komentar